Peranan kemasan (termasuk kemasan pangan) akan semakin penting bagi kehidupan manusia. Namun syaratnya, kemasan pangan tersebut harus mampu menjawab berbagai tuntutan yang semakin kritis pula. Pengemas diharapkan tidak saja menarik, praktis, dan murah, tetapi juga harus berkelanjutan (sustainable). Hasil survei yang dilakukan oleh Dupont menunjukkan pentingnya aspek keberlanjutan ini dalam pengembangan kemasan dan teknologi pengemasan yang akan datang.
(http://www2.dupont.com/Packaging_Resins/en_US/assets/downloads/Survey_of_Future_Packaging_Trends.pdf).
Tidak bisa dipungkiri, perkembangan kemasan dan teknologi pengemasan pangan sampai saat ini telah memungkinkan industri pangan mampu mendistribusikan, menyajikan, memasarkan dan mengkomunikasikan produknya kepada konsumen di berbagai pelosok penjuru Indonesia; bahkan dunia. Kemasan pangan hadir menjadi lebih praktis, baik dari segi ukuran, penanganan, penyimpanan, penyajian, hingga bentuk. Kemasan menjadi terlihat lebih menarik, praktis, dan memang sengaja didesain untuk memanjakan konsumen, memudahkan distribusi, menghemat ruang penyimpanan, serta tentunya lebih menarik dan efisien. Selain itu, khusus untuk produk pangan, industri kemasan dan pendukungnya harus berpikir secara keras untuk menghasilkan produk dengan spesifikasi yang diinginkan. Dalam hal ini, perlu pemastian bahwa kemasan akan mampu melindungi dan memperpanjang masa aman produk yang dikemasnya. Kesesuaian karakter kemasan dengan produk pangan yang dikemas, baik dari segi food contact material, permeabilitas, jenis proses, metode distribusi, hingga harga, perlu mendapatkan perhatian detail. Namun demikian, hal kritis lain yang perlu dipikirkan matang oleh semua pemangku kepentingan kemasan pangan ini adalah aspek . WRAP IT UP; sustainably.
Pertanyaannya adalah bagaimana kemasan dan pengemasan pangan mampu memberikan kontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Apakah kemasan dan pengemasan pangan akan memberikan manfaat atau nilai tambah dalam hal manfaat dan keamanan produk yang dikemas? Apakah manfaat yang diterima lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan? Apakah bahan baku dan proses produksinya dilakukan dengan prinsip-prinsip yang ramah lingkungan? Apakah dia desain secara optimal dari sudut penggunaan bahan dan energi? Apakah kemasan memungkinkan untuk diambil kembali dan digunakan kembali secara industrial maupun secara biologi? Dan pertanyaan-pertanyaan hijau lagi lainnya. Kedepan, pertanyaan-pertanyaan itu akan semakin nyaring terdengar, seiring dengan meningkatnya kesadaran bersama mengenai pentingnya keberlanjutan.
FOODREVIEW INDONESIA edisi ini mengulas berbagai aspek kemasan pangan secara khusus. Harapannya, semoga informasi yang diberikan dapat berkontribusi terhadap kemasan yang lebih baik, terutama untuk melindungi mutu dan keamanan pangan; juga terhadap lingkungan. Selamat membaca,