THE STORY BEHIND EID CUISINES
Idulfitri identik dengan hari silaturahim, di mana banyak masyarakat Indonesia yang merayakan dan saling bermaaf-maafan. Masa ini juga menjadi saat-saat yang sangat menyenangkan, sebab saat silaturahim, biasanya juga diiringi dengan sajian hidangan khasnya, mulai dari makanan ‘ringan’ hingga makanan ‘berat’. Bahkan tidak jarang hidangan tersebut hanya ditemui pada saat momen Lebaran.
gkap rasanya jika tidak disertai dengan sajian-sajian khas yang menjadi andalan saat hari raya Idulfitri, misalnya ketupat dan opor. Selain hidangan ketupat dan kawankawannya, hari Lebaran juga identik dengan kue kering. Beragam kue kering -bercita rasa manis maupun gurihseolah menjadi sajian wajib hari raya. Adanya momen ini memunculkan pedagang-pedangan musiman baru yang menjual masakan hingga camilan hari raya.
Dalam perayaan Idulfitri, tentunya tidak akan pernah melewatkan untuk mengonsumsi sajian-sajian khasnya, karena merupakan sajian spesial yang momennya hanya hadir satu tahun sekali. Namun, seringkali sajian-sajian yang merupakan khas Lebaran tersebut diidentikkan dengan tingginya gula, garam, dan lemak yang harus diwaspadai. Lalu, apakah harus tetap mengonsumsi sajian tersebut atau lebih baik dihindari?
Pertanyaan tersebut akan terjawab dalam Rubrik ‘Cukupi Gizi dengan Sajian Lezat saat Lebaran’, Majalah KULINOLOGI INDONESIA edisi Mei 2021. Dalam edisi kali ini, Majalah KULINOLOGI INDONESIA mengangkat tema “The Story Behind Eid Cuisines” yang secara khusus mengulas hidangan khas Lebaran. Semoga informasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Selamat membaca,
Hindah Jatiningrum Muaris
KONSEP KULINOLOGI:
SENSORY & APPLICATION:
KILAS KULINOLOGI:
RESEP KULINOLOGI: