WARNA DAN FLAVOR PANGAN: Menghadirkan Sensasi Lezat
Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya untuk hidup sehat aktif dan produktif. Itulah peran utama pangan, sebagai sumber gizi, baik zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan gizi mikro (vitamin dan mineral). Jadi, peran primer pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat gizi tersebut. Pangan juga mempunyai peran lain, seperti peran fisiologis tertentu untuk mendukung kesehatan atau menurunkan risiko penyakit.
Apapun peran yang akan dimainkan, untuk bisa dinikmati maka pangan harus mempunyai unsur kelezatan. Dalam hal kelezatan ini, semua panca indra manusia sangat berperan dan saling berinteraksi. Karena itulah, maka sensasi kelezatan sangat dipengaruhi oleh warna dan flavor (juga faktor lain seperti tekstur, suhu, dan bentuk). Menikmati pangan lezat, apalagi bersama keluarga dan teman, adalah salah satu kebahagiaan dan kepuasan konsumen. Dengan alasan tersebut, para pengembang produk pangan di industri selalu memperhatikan dengan cermat warna dan flavor produknya.
Warna dan flavor merupakan dua kualitas sensori pangan yang saling berkaitan. Dalam kebanyakan kondisi sehari-hari, pertama sekali konsumen memiliki kesempatan untuk memeriksa warna secara visual sebelum memutuskan apakah akan membeli. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa warna merupakan isyarat visual yang nyata berasosiasi dengan flavor dan sifat sensori “lezat” lainnya. Dalam hal ini, observasi warna secara visual akan memberikan isyarat sensori intrinsik produk pangan yang memengaruhi ekspektasi indrawi dan hedonis konsumen pada produk pangan yang dicari, dibeli, dan pada akhirnya dikonsumsi.
Karena itulah maka pengendalian warna produk merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh industri. Warna tidak hanya membuat produk lebih menarik secara visual, tetapi juga mencerminkan,
mengimbangi atau memengaruhi flavor dan mutu kelezatan lain dari suatu produk pangan. Karena alasan itu pula maka berkembang aneka pilihan pewarna dan flavouring (zat pemberi flavor, perisa) yang membantu para pengembang produk pangan untuk menghadirkan sensasi pangan lezat.
Dalam hal pewarna dan perisa pangan, konsumen selalu dan semakin menuntut jaminan keamanannya. Dalam praktik internasional disepakati bahwa baik itu untuk pewarna dan perisa yang diperoleh dengan cara ekstraksi dari sumber alam atau pun dengan cara sintetis; harus terlebih dulu dilakukan kajian keamanan secara ketat. Selanjutnya, aplikasi untuk pangan hanya dibolehkan bagi bahan pewarna dan perisa, baik alami maupun sintetis, jika telah (i) dievaluasi dan dinilai aman oleh Joint Expert Committee of Food Additive (JECFA) dan (ii) ditetapkan tingkat penggunaan maksimumnya oleh Codex Alimentarius Commission.
Tren yang terjadi sekarang, konsumen menghendaki penggunaan pewarna dan perisa alami. Tren ini telah membangkitkan peluang pasar yang besar untuk kedua hal tersebut. Hal ini tentunya merupakan peluang bagi Indonesia. Indonesia kaya akan sumber pewarna dan perisa alami yang perlu dimanfaatkan industri.
Semoga sajian FoodReview Indonesia kali ini berkontribusi mendorong eksplorasi sumber daya pewarna dan perisa alami Indonesia, yang berpotensi menghadirkan sensasi pangan lezat khas Indonesia. Semoga sajian FoodReview Indonesia kali ini juga bermanfaat dalam meningkatkan daya saing produk dan industri pangan Indonesia.
Purwiyatno Hariyadi
phariyadi.staff.ipb.ac.id
FORUM
FOOD INFO
OVERVIEW
ASOSIASI
INGRIDIEN
TEKNOLOGI
REGULASI